'Pembangkangan adalah awal dari sebuah peradaban' demikian Fromm membaca berbagai fenomena ketidaktaatan di zaman lampau yang kemudian menjadi sebuah trend bahkan menjadi sebuah peradaban baru dikemudian hari. Dalam hal ini, Fromm tentu tidak berpretensi mengidealisir pembangkangan sebagai jalan menuju perubahan dan era baru. Eric Fromm hanya menegaskan relitas masa lalu yang cukup 'nyentrik' namun kemudian menjadi sesuatu yang membanggakan.
Beberapa nama tokoh dalam judul artikel ini merupakan perempuan-perempuan otentik. Mereka adalah perempuan-perempuan yang bertindak melampaui zamanya meskipun saat itu tindakan mereka dianggap tabu. Belum lagi pada zamannya perempuan seperti mereka tidak memiliki identitas sosial-politik selain sebagai budak dan 'manusia kelas dua' (bdk. pada zaman polis di Yunani perempuan tidak dianggap sebagai warga negara. Dulu dalam alam tradisi yahudi-christiani juga perempuan diperlakukan dengan sewenang-wenang, sprt dirajam bila kedapatan berzinah sedangkan laki-laki tidak dipersoalkan. Dalam tradisi masyarakat nusantara yang cukup kental dengan tradisi patriaekat juga memperlakukan perempuan tidak cukup adil karen perempun sering kali didefinisikan hanya dalam relasinya dengan laki-laki, tidak sebagai seorang individu yang indepeden).
Untuk mencapai kemerdekaan sebagai individu yang memiliki kesetaraan dengan manusia lain (laki-laki), perempuan melewati jalan panjang nan terjal dan berliku. Tidak hanya cemoohan yang didapat bahkan mereka dibunuh karen 'ketidaktaatan' terhadap tradisi dan otoritas yang didominasi oleh 'kaum adam', laki-laki.
Dalam kitab genesis tentu kita semua cukup akrab dengan kisah penciptaan semesta oleh Allah dan juga penciptaan manusia sebagai citra dan rekan kerja Allah. Allah tentu memiliki kuasa atas seluruh ciptaannya sehingga Ia membuat aturan dan perjanjian dengan rekannya, manusia, agar tidak memetik buah yang ada di tengah taman Eden atau Paradiso.
Seperti yang jamak kita ketahui bahwa sering kali yang menarik dan nikamat itu diharamkan oleh otoritas tertentu. Pelarangan atau pengharaman atas sesuatu itu bukan karena pada dirinya, an sich, yang haram itu buruk tetapi itu merupakan indikasi bahwa otoritas yang mengelurkan fatwa haram akan sesuatu itu memang pada dirinya busuk. Sehingga kebusukan mereka seringkali diresonansikan kepada sesuatu yang lain sehingga sesuatu yang lain tadi ikut menjadi buruk.
Namun apakah pelarangan Allah untuk tidak memperbolehkan Adam dan Eva untuk memetik buah di tengah taman eden juga memiliki motivasi terselubung? Di sini tentu kita tidak dapat mengandai-andai ataupun berspekulasi macam-macam sebab pemikiran manusia tidak akan pernah sampai pada Allah, hanya mendekati saja.
Nah, dalam kitab genesis dikisahkan bagaimana Eva yang membangkang terhadap larangan dan aturan yang dibuat Allah. Eva memetik buah di tengah taman Eden, memakannya dan juga memberikannya pada manusia yang lain, Adam. Ketika Allah tahu bahwa mereka tidak taat kepada larangan Allah, mereka lalu diusir dari taman Eden dan diusir ke bumi.
Pengusiran dari taman Eden inilah yang justeru menyadarkan Eva dan Adam sebagai manusia yang otentik. Mereka lalu hidup dalam sebuah peradabam baru, peradabam manusia. Mereka mangalami kesulitan-kesulitan dan juga kelimpahan hidup. Mereka hidup dalam sebuah peradaban sebagai manusia merdeka yang tidak dihantui oleh derap langkah Allah di taman Eden.
Setelah sekian abad taman Eden ditinggal oleh Eva yang telah membangkang, Allah pun rindu untuk kembali bercengkrama dengan ciptaanNya yang cukup unik dan tidak setaat para malaikat di surga yaitu manusia. Melalui para nabi Allah menjanjikan bahwa ia akan datang ke dalam dunia untuk menebus dan membebaskan manusia dari perbudakan dosa, ketidaktaatan.
Menariknya Allah justeru datang ke dalam dunia melalui perempuan yang memiliki preseden buruk dalam hal ketaatan. Dia adalah Maria, seorang perwan yang suci. Allah berkenan hadir ke dalam dunia untuk menjadi manusia dan mau solider dengan manusia, hidup, menderita dan wafat.
Ada sebuah ketaatan yang radikal yang boleh juga didefinisikan sebagai sebuah pembangkangan yang dilakukan Maria. Sebab dia harus mengandung dari Roh Kudus (hamil tanpa bersetubuh dengan laki-laki) dan juga harus mau menanggung beban moral atas kehamilannya sebab ia belum bersuami. Pada zamannya hal seperti ini dianggap aib dan tidak boleh tampil dihadapan publik.
Namun ketaatan radikal Maria, yang juga boleh disebut sebagai pembangakangan Maria, sungguh membeaskan. Ia melahirkan seorang putra, sang Al-Masih, Emmanuel. Lahirnya sang Al-Masih inilah yang kemudian membenaskan setiap orang dari dosa. Lawatan surgawi ini kemudian membuat manusia kembali hidup dalam era dan peradaban baru: Manusia merdeka dari perbudakan dosa. Manusia kembali menjadi warga kerajaan Allah, tanah air surgawi.
Wellaloe dan Kartini
Lain Eva dan Maria, lain pula kisah Wellaloe dan Kartini di nusantara. Namun mereka memiliki varian kisah pembangkangan yang membebaskan banyak perempuan Indonesia dari perbidakan tradisi Patriarkat.
Wellaloe yang juga dikenal dengan nama lain Nggerang merupakan seorang perempuan yang pernah hidup di Manggarai, Flores. Kehidupan di masa lalu yang belum memiliki tradisi aksara membuat cerita tentang Wellaloe atau Nggerang ini seolah-olah hanya mitos sebab tidak memiliki skrip tentang dirinya, terutama tentang waktu lahir dan lain sebagainya.
Namun cerita tentang Wellaloe ini sangat melegenda dalam tradisi lisan-verbal masyarakat Manggarai.
Dikisahkan bahwa Wellaloe adalah seorang perempuan dengan paras yang sangat cantik (neho darat-mirip bidadari) dan juga kharismatik. Kecantikan merebak hingga ke kerajaan lain, Bima.
Raja Bima pun kemudian hendak mempersunting Wellaloe sebagai istri atau selirnya. Namun perburuan untuk mendapatkan Wellaloe ini tidak segampang membalikan telapak tangan sebab Raja Todo juga memiliki hasrat serupa untuk mempersunting Wellaloe sebagai istri.
Wellaloe, selain cantik dia juga memiliki jimat sebagai variabel lain yang membuatnya memiliki daya pikat lebih. Jimat yang dimaksud dapat dimengerti sebagai kecerdasan intelektual sehingga ia dapat menjadi pribadi independen.
Singkat cerita, ketika Wellaloe hendak dipersunting oleh Raja Todo dan juga Bima, ia menolak. Penolakan terhadap otoritas yang berkuasa pada zamannya merupakan sebuah tindakan pembangkangan dan hukumannya adalah mati. Wellaloe pun memilih untuk mati dari pada harus menikah dengan mereka yang tidak ia kehendaki.
Inilah gambaran sikap independen perempuan Manggarai yang ia wariskan dan perempuan Manggarai pun memiliki privilige untuk mejadi setara dengan manusia lain, laki-laki Manggarai dan juga semua laki-laki lain di bumi ini.**
Sedangakn di tempat lain seorang perempuan remaja harus rela menikah dengan seorang yang usianya jauh lebih tua dari dirinya hanya karena dia seorang penguasa. Dia adalah Kartini, seorang putri bangsawan dari, Jepara, Jawa Tengah.
Meskipun dia menerima untuk menikah diusia yang sangat muda (tentu untuk menyenangkan hati orang tuanya), Kartini tetap memperjuangkan kebebasannya sebagai seorang manusia merdeka seperti manusia lainnya, laki-laki.
Kartini dengan bebas berkorespondensi dengan seorang sahabatnya di Negeri Belanda. Dalam surat menyurat mereka berdiskusi banyak hal tentang manusia, kebebasan dan perempuan. Pada jamannya aktivitas surat-menyurat seperti ini hanyalah milik kaum Adam, sebab hanya kaum adam yang mengenyam pendidikan. Namun berkat jiwa ningrat sang Kartini yang dengan gigih memperjuangkan hak kaumnya yaitu kesetaraan maka pada akhirnya perempuan Indonesia mengalami kebebasan dan independensi. Kisah inspiratif tentang perjuangan Kartini dapat dibaca dalam kumpulan suratnya dengan judul: HABIS GELAP TERBITLAH TERANG.
Kiranya kisah inspiratif dari beberapa perempuan di atas dapat menjadi inspirasi bagi kita semua, khususnya perempuan untuk terus memperbaharui diri menjadi perempuan-perempuan yang bermartabat dan berkarakter sehingga mampu menjadi inspirasi bagi berbagai kemajuan demi kebaikan hidup manusia dan seluruh ciptaan. Tentu di sini juga tidak bermkasud menhidealisir pembangkangan untum mewujudkan perubahan. Tetapi menjadi pribadi yang otentik dan independen dapat membawa banyak perubahan dalam hidup sebagai manusia.
Salam
Fernandes Nato Wellarana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar