Senin, 09 Maret 2015

MANGGARAI BARAT DI PERSIMPANGAN KEKUASAAN


Masa kekuasaan Bupati Dulla tinggal menghitung hari untuk kelar. Jabatan ‘sakral’ tersebut akan segera diganti oleh rezim lain atau oleh Bupati Dulla sendiri yang besar kemungkinan akan kembali maju dalam bursa pencalonan bupati pada PILKADAL (baca: pemilihan kepala daerah langsung) Manggarai Barat mendatang.

Bupati Dulla yang telah menjabat kurang lebih 10 tahun sebagai wakil dan bupati Manggarai Barat tampaknya telah mengenal betul rincian kelebihan dan kekurangan serta potensi yang dapat dikembangkan secara optimal di Manggarai Barat. Alasan memahami betul tentang detail persoalan Manggarai Barat inilah yang membuat Gusti Dulla kembali ke dalam pusaran kekuasaan. Ia ingin kembali menjadi orang nomor satu di Manggarai Barat sehingga dapat menuntaskan program-program kerja yang masih menunggak selama sepuluh tahun masa kekuasaannya. Benarkah demikian…!!?

Pertanyaan inilah yang menggelayut dalam benak saya ketika mendengar bahwa Bupati Dulla ingin kembali maju dalam perhelatan politik, pesta demokrasi PILKADAL Manggarai Barat untuk periode mendatang. Benarkah beliau hendak menuntaskan pembangunan di Mabar yang masih terbengkalai setelah sepuluh tahun rezimnya? Atau hanya ingin melanggengkan kekuasaanya saja?

Di sini tentu kita wajib berhenti sejenak, melihat kembali pencapaian Manggarai Barat selama rezim Bupati Dulla satu dasawarasa terakhir. Apa perkembangan di Manggarai Barat yang paling nyata selama 10 tahun rezim kekuasaan Bupati Dulla? Apakah perkembangan-perkembangan tersebut layak dijadikan sebagai indikator kemajuan atau justru sebagai indikasi dekadensi pembangunan dan politik di Manggarai Barat? Tentu saja masih ada banyak lagi pertanyaan yang bisa kita ajukan untuk dikaji. Pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak perlu diajukan kepada sang Bupati karena tuan penguasa selalu memiliki alibi sebagai pembenaran terhadap kegagalan-kegagalannya.

Lalu apakah rakyat perlu menitipkan pertanyaan-pertanyaan dan evaluasinya terhadap kinerja Bupati Dulla melalui perwakilannya, DPRD Manggarai Barat? Sudahlah, sudahi saja harapan kita tentang kinerja para dewan terhormat. Mereka hanyalah perwakilan bagi diri mereka sendiri, mereka hanyalah pendulang rupiah dari negara, penambang APBD. Mereka bisa saja menumpahkan seluruh tuduhan kegagalan pembangunan di Manggarai Barat kepada Bupati. Dewan Perwakilan Rakyat  Daerah bisa saja ‘cuci tangan’ dari berbagai kegagalan pembangunan di Manggarai Barat yang sebenarnya mereka punya andil dalam kegagalan pembangunan tersebut (banyak DPRD Mabar yang menjadi calo proyek). Di sini tentu kita bisa mengatakan bahwa antara DPRD dan Bupati Mabar itu adalah setali tiga uang, atau sebelas dua belas bahasa anak zaman sekarang.

Nah, ketika Bupati dan DPRD (hampir) tidak memiliki nilai lebih yang dapat diapresiasi oleh masyarakat, yang dikarenakan rendahnya mutu kerja mereka, lalu masih adakah harapan bahwa ke depannya Manggarai Barat dapat menjadi lebih baik? Apakah besok Manggarai Barat akan memiliki pemimpin yang mengerti akan apa yang harus dikerjakannya demi kemajuan daerah tersebut yang bergelimangan potensi sumber daya alam?  Tanggung jawab untuk memilih pemimpin yang kredibel dan berintegritas tinggi untuk masa depan Manggarai Barat yang lebih baik ada di tangan kita semua sebagai masyarakat. Sehingga kita semua diundang untuk tidak apatis dalam menentukan Bupati bagi Manggarai Barat untuk periode mendatang.

Dominasi Politikus ‘Wajah Lama’

Politik memang sering kali dimengerti sebagai seni melanggengkan kekuasaan dan hal inilah yang sedang dilakukan oleh para politikus ‘Wajah lama’ Manggarai Barat. Mereka kembali menebar pesona politk ‘rabun senja’, politik musiman dengan jarak pandang dekat. Janji-janji manis kembali mengalir deras dari mulut para kandidat dan horornya masyarakat sering kali terbawa suasana tanpa mampu mengambil jarak dari situasi tersebut.

Masyarakat pun lalu jatuh ke dalam situasi sulit, memilih yang satu dan menegasi yang lainnya, menyanjung yang satu dan menyumpah yang lainnya. Sedangkan mereka tidak pernah benar-benar mengerti siapa sejatinya kandidat yang mereka jagokan tersebut. Mungkin saja kandidat tersebut adalah penjarah uang APBD, bekas narapidana, mungkin saja partai politik yang mengusungnya beraliran fundamentalis-radikal, dan juga kemungkinan lainnya. Sebab mata masyarakat telah disilaukan oleh kosmetika politik yang menyamar seluruh ketidak becusan sang kandidat. Telinga masyarakat telah dibuai oleh manisnya rayuan dan janji-janji politik para politikus yang memiliki lidah lincah untuk berkelit.

 Dalam pergulatan untuk mencari Bupati berintegritas tinggi bagi Manggarai Barat untuk periode mendatang, masyarakat dihadapkan pada pilihan-pilihan yang tidak mengenakkan. Partai politik yang semestinya menjadi tempat bersemayam dan tumbuh suburnya kader pemimpin berkualitas dan berintegritas tinggi gagal total. Alhasil, partai politik menjadi sekedar merek dagang yang dapat dibeli oleh mereka yang memiliki uang. Pembelian terhadap partai politk inilah yang disinyalir sebagai cikal-bakal tindakan korupsi dikemudian hari.

Namun demikian, dalam kondisi seperti ini masyarakat diwajibkan untuk tetap waras, selalu terjaga dan tidak terkontaminasi oleh ‘gombal-gembel’ para kandidat. Kenali rekam jejak kandidat tersebut dengan baik. Jangan pula terbuai oleh ‘gula-gula’ sogokan para politisi ‘pendatang baru’ yang mencoba keberuntungan di Manggarai Barat. Masyarakat juga wajib terlibat secara aktif dalam politik untuk mengawal asa demokrasi yang sering kali dikebiri demi kepentingan penguasa (ruling class). Jangan pernah apatis dengan politk, jangan pula terpekur dalam syair klasik apatisme: ‘ah, siapa pun yang terpilih nantinya sama saja, toh saya akan tetap seperti ini,  Manggarai Barat juga akan tetap seperti ini’. Segera sudahi ketidak pedulian tersebut!  Mari, bersama-sama menyongsong wajah baru Manggarai Barat yang memesona dengan memilih pemimpin yang berintegritas dan berpihak pada kepentingan semua orang.

Memilih Bupati ‘Robinhood’

Menjawab undangan politik pesta demokrasi PILKADAL Mabar untuk memilih Bupati yang tepat bagi Kabupaten Manggarai Barat periode mendatang, masyarakat dihadapakan pada preferensi yang pelik. Banyak calon bupati yang tidak qualified untuk memimpin Manggarai Barat ke depannya. Qualified dalam hal ini tentu bila merujuk pada polis idal a-la Platon yang mengharuskan pemimpin negara (polis) itu filsuf-filsuf raja (philosophers king), bahkan bisa jadi Bupati mabar yang sekarang itu tidak termasuk ‘warga polis’ karena mutu kepemimpinan yang rendah.

Tetapi, tentu saja kita semua menyadari konsekuansi dari sebuah negara demokrasi dimana setiap warga negara  setara (equal), memiliki hak politik yang sama untuk memilih dan dipilih terlepas dari apa predikat Sosial yang kita miliki. Toh yang namanya pemimpin dan kepemimpinan itu juga dapat dibentuk dan dipelajari. Jadi, mungkin saja para calon Bupati yang dihadapkan kepada kita masyarakat Mabar saat ini sebagai pemimpin hasil pembelajaran dan pembentukan (baca: polesan media). Sehingga bila bila kelak terjadi hal-hal yang menyimpang dalam kepemimpinannya hal tersebut tidak akan mengagetkan kita karena kita sudah mengetahui dari mana dia ‘berasal’.

Untuk itu mari, kita mengakrabi para  kandidat, mengenali mereka dari dekat dan lebih dekat. Sebab tidak setiap orang memiliki keberanian dan kesediaan untuk menjadi pemimpin (baca: pelayan masyarakat). Mari, kita bangun komunkasi yang baik dengan mereka sehingga kita dapat mengetahui arah dan motivasi mereka mencalonkan diri sebagai pemimpin Kabupaten Manggarai Barat. Lalu kita menganalisa berbagai hal yang mereka katakan. Sekali lagi jangan sampai terbuai dengan ‘gula-gula’ politik yang mereka tawarkan. Harus menjadi masyarakat yang waras dan cerdas dalam memilih, selalu ‘terjaga’ untuk  memilih pemimpin yang tepat.

 Lalu siapakah pemipin yang tepat itu? Di sini saya coba menganalogikannya dengan salah satu tokoh film terkenal, Robinhood. Robinhood adalah seorang yang memerankan sebagai penjahat yang solider. Mencuri untuk kebaikan banyak orang dan tidak mencuri dari orang-orang kecil. Tentu kita semua tahu bahwa pada dirinya mencuri itu adalah sesuatu yang buruk. Tapi bila mencuri demi kebaikan banyak orang, maka orang-orang akan mengabaikan predikat pencuri dari sang pemimpin dan melihat pemimpin tersebut sebagai juru selamat. Kita juga bisa melihat tindakan mencuri tersebut sebagai sebuah pembangkangan terhadap ketidakadilan dari mereka yang berkuasa dan menjarah harta dan keuasaan mereka untuk kebaikan banyak orang (di sini saya tidak berpretensi unutk mengidealisir pencurian dan pembangkangan).

Dalam memilih bupati Manggarai Barat pada periode mendatang, kita dihadapkan pada pilihan-pilihan pelik sebab hampir pasti tidak ada calon yang benar-benar ideal untuk jadi Bupati. Untuk itu kita harus segera mengetahui siapa calon pemimpin yang akan kita pilih. Silakan memilih yang kemungkinan melakukan kecurangan (untuk memperkaya diri) setelah menjabat sebagai Bupati kecil. Rekam jejaknya akan membantu kita untuk mengetahui seperti apa komitmen orang tersebut dalam kepemimpinannya dan pilihlah ‘Robinhood’ sebagai Bupati.

Memilih ‘Robinhood’ dalam hal ini tentu sebagai sebuah jalan terbaik untuk memilih yang tepat di antara yang tidak layak. Minimal Bupati yang akan kita pilih memiliki keberpihakannya terhadap kepentingan dan hajat hidup orang banyak di MABAR, seperti pembangunan jalan, Rumah Sakit, air bersih, sarana pendidikan yang memadai, infrastruksur pertanian yang baik dan semuanya itu mengerucut pada penataan pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan. Bila Bupati terpilih kelak mampu menjawab kebutuhan masyarakat Manggarai Barat maka hampir pasti seluruh ‘dosa kekuasaannya’ akan diampuni masyarakat. Selamat menjalani lamentasi politik untuk kita semua. Selamat menjelang pesta demokrasi PILKADAL Manggarai Barat. Semoga masyarakat dapat memilih Bupati yang tepat untuk kebaikan bagi semua orang di Manggarai Barat.


Fernandes Nato Wellarana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar